Minggu, 29 Mei 2016

I'm waiting for you... Yes... it's You!

Setelah sekian lama aku tak berani jatuh cinta, tak mau membuka diri untuk kembali menerima cinta, kini aku harus kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa pilihanku untuk tetap sendiri adalah benar. Untuk apa mencintai seseorang jika tidak dapat mempertanggungjawabkan cinta itu?
Apakah CINTA hanya kata-kata untuk menghiasi bibir? Cinta seperti apa, jika tidak ada keinginan bersatu? Kenapa orang dengan begitu mudahnya berubah pikiran?

Dan kini, kudapati hati ini kembali terpuruk. Haruskah aku menyesali pertemuan kita? Haruskah aku menyesali kebersamaan singkat kita? atau haruskah aku bersyukur, You will meet the wrong man, before find the right one. Dan ini berarti, akan lebih cepat aku dipertemukan dengan orang yang benar, karena sudah bertemu dengan orang yang salah. ;)

Namun, keraguan masih saja enggan pergi meninggalkan pikiranku. Atau mungkin aku yang terlalu banyak berharap? Just like they said "Expect nothing and you will never be dissapointed". Jadi rumus sebenarnya, "Jangan berharap apapun, jika kamu tidak ingin kecewa" :)

Tapi tetap saja, ada sisi jiwa yang berontak dengan idealisme yang mendarah daging bahwa,
Cinta itu harus tegas. Tegas memutuskan apa yang akan dilakukan untuk bersatu dan bukan hanya bersama.  
Don't say love, if you just want to be together, with no commitment.

Cinta itu harus cemburu. Cemburu melihatnya bersama yang lain, dengan alasan apapun. 
Just like when I was upset to see you close to her... She used to sow thorns on the path that I went through.
Same as when you jealous to see me talking with another guy.

Cinta itu harus berbagi. Berbagi semua suka dan duka, tanpa menutupi sesuatu yang berhubungan dengan 2 orang di dalamnya. 
Like when we talked about our dreams, and no one knows.

Cinta itu harus berkomunikasi. Komunikasi dua arah dari orang yang terlibat, sesibuk apapun luangkan waktu untuk saling berkomunikasi, sekedar memberikan perhatian-perhatian kecil untuk pasangan.  
Just let them know, if we think about them in our busy with no cover up. Make them smile with just one sentence.

Cinta itu harus jujur. Jujur mengatakan perasaan apapun kepada pasangan, bukan menghakimi kesalahan, tapi memberikan saran untuk menjadi lebih baik. 
And the important thing is be honest to your self.

Cinta itu harus saling memberikan pelukan. Pelukan bisa menggantikan kata-kata dan memberikan rasa nyaman untuk pasangan. 
Just like when you hold me and I hold you back, without saying a word.

Dan Cinta itu harus saling mencium. Ciuman yang bisa menunjukkan rasa sayang dan rasa cinta, walaupun hanya sebuah kecupan kecil di kening. 
Same as when I give you that seven points kiss.

Serta berbagai keharusan lain yang pada intinya adalah bersedia menerima setiap kelebihan dan kekurangan. Karena cinta tak akan ada, jika masing-masing masih berpegang teguh pada egoisme.

And now, I have to go back at the waiting spot. Without knowing, what I was waiting for.
Love isn't easy thing, even for me. It's just easy to say, but so hard to do.


Still waiting

Senin, 09 Mei 2016

Cinta yang dewasa

Carl & Ellie in "Up"

Siapa yang bilang, kalau kita berada di atas, itu adalah hal yang menyenangkan???
Siapa yang bilang, kalau kita mempunyai jabatan yang tinggi itu adalah hal yang membanggakan???
Sebagai wanita karier, memang itulah yang kita kejar. Jabatan yang paling tinggi, gaji yang setinggi-tingginya.
Tapi ketika kita dihadapkan pada masalah jodoh, sebagai wanita, berapa persen perhitungan laki-laki yang bisa menerima jika mempunyai istri yang jabatannya lebih tinggi dari pada dia?
Berapa persen laki-laki yang mau menerima jika istri mempunyai penghasilan yang lebih besar dari pada dia?

Tidak semua laki-laki dengan ego-nya yang segunung, mau dikalahkan wanita dalam hal finansial. Walaupun tidak sedikit wanita yang rela mengorbankan waktunya demi membantu masalah finasial dalam keluarga, atau bahkan rela mengikuti kemauan sang suami untuk berhenti bekerja demi keharmonisan keluarganya.
Banyak juga laki-laki yang mendukung istrinya untuk selalu bisa maju tanpa merasa tertinggal. Karena dukungan dari seorang suami, yang membuat istri bisa menjadi maju, tanpa menyalahi kodrat sebagai seorang istri.
Walaupun tidak sedikit pula laki-laki yang berpikiran terlalu sempit, sehingga tidak bisa melihat kelebihan sang istri sebagai sesuatu yang bisa dia banggakan.

Bukankah seharusnya pasangan harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing?
 
Orang bebas untuk memiliki pemikiran sendiri, dan tidak ada yang bisa memaksakan kehendak. Tapi sungguh ironis, jika hanya karena masalah perbedaan status sosial, menjadi penghalang bersatunya dua hati.
Padahal jika mau di telaah lebih lanjut, seorang wanita setinggi apapun jabatannya dia di kantor, ketika di dalam rumah, tetap saja, dia adalah seorang istri dan suami adalah kepala rumah tangga. Suami adalah  Nahkoda dalam sebuah biduk rumah tangga. Dan untuk menjaga agar biduk rumah tangga tetap utuh berlayar dan tidak tenggelam diperlukan kerjasama antara sang nahkoda dan navigator. 
Karena hakikat sebenarnya sepasang suami istri adalah untuk berjalan bersama, saling bergandengan tangan dan bukannya berloma-lomba untuk saling mendahului.

Cinta yang dewasa adalah bila kita saling menghormati, saling mengerti, saling menghargai, saling menguatkan, saling mendo'akan, saling berbagi kesedihan dan kegembiraan, dan yang paling penting itu komunikasi. Sampaikan rasa sayang, rasa cinta kepada pasangan. Karena kadang pasangan bukan hanya ingin merasa disayangi, tetapi juga diberitahu, bahwa dia dicintai.

Semoga berhasil dalam cita dan cintanya ya teman-teman.