Rabu, 17 Oktober 2018

C'est La Vie

Sudah beberapa menit yang lalu sejak aku telan obat-obatku, tetapi tak juga menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Kepalaku masih saja berontak yang mengisyarakan untuk dipegang dan terasa nyaman jika diberi sedikit tekanan. Raga yang lunglai, tak berdaya yang membuatku tak ingin melakukan apapun, kecuali berbaring.
Tapi... mataku tak mau terpejam. Bermacam-macam pikiran muncul di otakku, semakin menambah sakit di kepalaku.
Mengapa malam ini terulang lagi? Kemana hilangnya rasa percaya yang coba kau tanamkan padaku?
Aku baru saja belajar untuk lebih mempercayaimu, sama halnya aku ingin kau percaya padaku. 
Namun... Sikapmu yang selalu saja membuat rasa percayaku hancur.

Menghilang... yaa... aku tau, itu sudah seringkali kau lakukan.
Aku juga tau... setiap kali kau menghilang, pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan.
Kupikir kita sudah baik-baik saja. Saling percaya, dan saling menghargai...
Ternyata... aku sudah tertipu oleh pikiranku sendiri.
Apakah ini yang kau sebut menghargai, bahwa kau bisa dengan bebas menghilang tanpa kabar, mengabaikan telponku?

Aku lelah... sungguh...
Tadinya hanya ragaku yang sakit... namun sekarang jiwaku... lebih dari sakit...
Malampun semakin larut. Mencoba singkirkan pikiranku tentangmu dan semua yang kau coba sembunyikan.
Kujejali telingaku dengan earphone, ku atur settingan repeat one, dan perlahan terdengar sebuah lagu 

C’est la vie 
Have your leaves all turned to brown
Will you scatter them around you
C’est la vie
Do you love
And then how am I to know
If you dont let your love show for me
C’est la vie

Oh c’est la vie
Oh c’est la vie
Who knows, who cares, for me
C’est la vie

In the night
Do you light a lover’s fire
Do the ashes of desire for you remain
Like the sea
There’s a love to deep to show
Took a storm before my love
Flowed for you
C’est la vie

Oh c’est la vie
Oh c’est la vie
Who knows, who cares, for me
C’est la vie

Like a song
Out of tune and out of time
All I needed was a rhyme for you
C’est la vie
Do you give
Do you live from day to day
Is there no song I can play for you
C’est la vie

Oh c’est la vie
Oh c’est la vie
Who knows, who cares, for me
C’est la vie

Semoga malam segera berakhir

Jumat, 29 Juni 2018

Don't Judge a Book by its Cover

Beauty with an axe on her back and the Beast with flowers in his hand
"Don't Judge a Book by its Cover", Jangan menilai orang dari penampilan, walaupun tidak selalu tetapi kata-kata itu seringkali terbukti dalam banyak hal. Seperti halnya peristiwa yang baru aku alami baru-baru ini.

Siang itu, ketika akhirnya aku menemukan dia duduk di pojok bengkel, menunggui motornya yang sedang di oprek oleh teknisi di bengkel itu.

Lega... akhirnya ketemu juga tempatnya, setelah mengendarai motor muter-muter mengikuti signal GPS. Namun, yang menyita perhatian kami saat itu, adalah seorang laki-laki yang usianya 50 tahun an berkulit hitam, memakai kemeja rapi masuk ke dalam celana jeansnya. Pandanganku berlanjut ke bawah. Sepatu rapi lengkap dengan kaos kaki.

Rasanya baru kali ini aku menemukan teknisi bengkel yang serapi ini. Walaupun tangannya tetap hitam belepotan. Tak seperti teknisi umum di bengkel biasa yang hanya memakai kaos kerja seadanya, bahkan terkadang penuh lubang di sana sini, lengkap dengan celana bekas oli di mana mana.

Dengan jelas ku lihat gusar di mata Lelakiku yang duduk tepat di sebelahku, sambil sesekali berdiri mendekati Bapak teknisi, kemudian kembali ke kursi lagi.

Underestimate. Ya, kesan itulah yang timbul ketika kami melihat Bapak Teknisi itu. Entah apa yang mereka bicarakan tentang busi dan perapian, bahasa otomotif yang tidak aku pahami. Tapi yang jelas, kami tidak percaya kalau teknisi itu bisa memperbaiki motornya.

Lama. Kulihat keringat menetes di dahi Lelakiku. Entah seberapa jauh tadi dia mendorong motor untuk sampai di bengkel ini. Kuberikan sebungkus tisu basah, kemudian kutinggalkan dia keluar. Mataku menelusur ke jalan. Ke kanan. Ke kiri. Mencoba mencari Indom***t dan Alfam**t yang biasanya bertebaran di mana-mana. Satu gang saja bisa ada 4 toko seperti itu di dekat tempat tinggalku. Sampai akhirnya mataku menangkap sebuah tulisan "Mie Bangka".

Kulangkahkan kakiku mendekati rumah makan itu dan aku memesan Es Kelapa Muda dan Es Buah. Sempat tergoda melihat menu Mie, dan perut yang sedari pagi belum di isi juga sudah mulai berontak. Tapi hati yang sedang tidak bersahabat menciutkan hasrat.

Aku membawa bungkusan plastik Es buah dan cup berisi Es Kelapa muda menuju bengkel dan menikmati berdua dengan Lelakiku.

Selang beberapa waktu, kami dikejutkan oleh suara motor yang menyala karena di starter.

Alhamdulillah... Akhirnya bisa juga motornya. 

Entah apa yang dilakukan oleh Bapak teknisi itu pada motor Lelakiku sehingga Dia kembali dikejutkan oleh tarif yang ditagihkan. Sebesar 3x lipat dari bengkel biasanya.
Hehehe... Semoga saja motornya gak ada masalah-masalah lagi. Aamiin.

Lepas dari mahalnya biaya perbaikan, tapi cukup menjadi pembuktian bahwa "Jangan menilai orang dari penampilan" karena terkadang yang terlihat mata, baik, belum tentu baik. Tetapi yang terlihat buruk, belum tentu buruk. And The sweetest thing is, kita bisa bertemu dan menikmati kebersamaan di sela-sela semakin berharganya waktu buatmu.

Let's be positive and stay alert.

dee