Perjalananku ke suatu daerah beberapa waktu yang lalu semakin memperjelas bagaimana bingungnya orang-orang memandangku.
Masih kuingat dengan jelas, beberapa kali orang itu bertanya kepadaku, dengan sebutan apa dia memanggilku, "Cie" atau "Mbak" dan sebanyak itu pula dia tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya dan mungkin sampai sekarang masih tetap bingung. (hahaha...)
Sebenarnya kedua kata itu mempunyai arti yang sama. Hanya pasti berdalih, "Yo pantes'e disesuaikan dengan garis keturunan." Tapi mengapa hal seperti itu saja dipertanyakan. Toh aku akan tetap menyahut jika dipanggil "Cie", begitu juga jika dipanggil "Mbak" atau "Ibu" atau "Adek" atau seperti sekarang punya panggilan baru sejak ada si kecil Noura Alnamira Adamar, 11 Juli lalu, yaitu "Mbah Tante" (yang terakhir sebenarnya aku lebih suka dipanggil Granny, tapi Oma nya ngotot bagusan "Mbah Tante". Ya sudahlah.. sama saja :D)
Aku gak ikut-ikut jika ada yang memperdebatkan tentang garis keturunan. Yang terpenting aku adalah WNI atau Warga Negara Indonesia.
Heran, masih ada saja yang membeda-bedakan ras nya dalam memperlakukan seseorang. Padahal kita hidup di negara yang sama, hidup di bumi yang sama, yaitu Bumi 1.0 bukan hidup di Kepler 452b alias Bumi 2.0. (Itu juga masih dalam penyelidikan, belum tau apakah Bumi 2.0 memang benar-benar layak huni :D)
Perbuatan kitalah yang membedakan orang satu dengan yang lain, bukan dari mana kita berasal dan dari garis keturunan apa.
So, jangan menjadikan perbedaan sebagai jurang pemisah. Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu jua.
Jadi kalau masih ada yang bingung mau manggil aku dengan sebutan apa, panggil aja aku "Granny"
Granny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar