Tgl 8 agustus, dengan naik mobil box aku berangkat menuju kota Magelang. Kali ini aku hanya bersama sopir karena kami janjian bertemu dengan temanku di Magelang.
Hari ini adalah tgl 8 ramadhan. Tapi aku sedang tidak puasa, maklum keistimewaan perempuan. Sejak tadi temanku terus menelpon sopirnya agar menghentikanku di rumah makan, untuk makan. Aku memang belum sarapan sejak tadi pagi. Tapi bekal roti dan air putih cukup untuk mengganjal perutku.
Namun ketika waktu menunjukkan jam 11 siang, sewaktu kami tiba di sebuah rumah makan. Aku memutuskan untuk berhenti. Tanpa bermaksud untuk menjadi “setan”, akhirnya pak sopir tergoda juga untuk membatalkan puasanya.
Setelah selesai makan dan melakukan ritual pembersihan di toilet, kami melanjutkan perjalanan menuju kota magelang. Kurang lebih jam 12, kami baru bertemu dengan temanku. Kami bertemu di salah satu toko customer temanku itu. Walau terkesan sedikit bernada tinggi, tapi Ibu pemilik toko itu baik juga. Bahkan beliau sempat menawariku untuk nge-charge handphone ku yang kehabisan baterai, dan aku tidak menyia-nyiakan tawarannya itu.
Hari senin itu, kami bekerja di daerah Purworejo. Melewati jalan-jalan yang kadang mengingatkanku pada memori 2 bulan yang lalu, saat aku juga datang ke daerah ini bersama dengan temanku yang lain.
Hari itu, waktu cepat sekali berlalu. Mungkin karena kami juga baru sampai tengah hari. Tapi yang pasti kami sudah sampai di alun-alun Purworejo saat adzan maghrib berkumandang.
Di sana kami juga bertemu dengan temanku yang lain yang masih di dalam toko customernya dengan di tunggui sopirnya di luar toko.
Setelah memarkirkan mobil di depan masjid, kami bertiga berjalan mencari minuman untuk berbuka puasa. Walaupun aku dan pak sopir tidak puasa, tapi kami ikut berbuka puasa.
Dengan menikmati es buah, kami bertiga duduk di bundaran alun-alun, sambil menunggu temanku yang masih di dalam toko tadi. Setelah dia keluar dan bergabung dengan kami, kami berlima berjalan mencari makanan untuk berbuka dan memutuskan untuk masuk ke warung makan nasi padang. Belum puas dengan makanannya, keluar dari warung, mereka langsung menuju penjual durian yang ada di pojok depan alun-alun itu. Banyak sekali durian yang dibeli, aku jadi berpikir, siapa yang akan menghabiskan ini??? Tapi mungkin mereka memang seneng makan durian. Setelah itu kami pulang dan menikmati durian-durian itu.
Hari masih gelap, waktu aku terbangun dan merasakan sakit perut yang amat sangat. Jam di handphone menunjukkan pukul 12.30 malam. Kuambil minyak kampak yang selalu kubawa atas nasihat temanku yang dulu di perjalananku yang pertama, kemudian ku oleskan ke perutku agar sakitnya reda. Setelah beberapa menit, alhamdulillah, reda juga sakitnya. Walau belum hilang sama sekali, tapi aku bisa kembali memejamkan mata. Jam 03.00 pagi, aku kembali terbangun, mendengar suara orang bercakap-cakap di luar kamar. Aku tak mencoba keluar, karena perutku masih terasa sakit. Tapi ketika seseorang mengetuk pintu, mau tak mau, aku bangun juga dan membuka pintu.
Walaupun aku tidak ikut makan sahur, tapi aku ikut bangun untuk menghormati teman-teman yang sedang melaksanakan ibadah sahur.
Pagi itu, kami sudah siap berangkat bekerja. Kali ini 2 potong coklat menjadi sarapanku. Pekerjaan kali ini menjadi begitu mudah ketika kami bertemu para pemilik toko yang ramah-ramah. Tapi tak mencegahku untuk menjadi lapar. Baru kemudian jam 02.30 siang, aku memutuskan untuk makan. Dengan ditemani pak sopir, aku mencari warung makan yang masih buka dan menemukan sebuah rumah makan sate. Dan akhirnya kami berdua menikmati nasi sate kambing.
Di toko hampir terakhir, aku menjumpai nyonya pemilik toko yang sedikit bersikap aneh menurutku. Nada pertanyaannya yang sedikit sinis bagi orang sedikit sensitif sepertiku. By the way... aku tak menganggapnya sebagai suatu masalah. Mungkin memang seperti itu wataknya. Baru setelah keluar dari toko itu dan temanku menceritakan tentang ibu pemilik toko tadi, aku baru mengerti, kenapa beliau bersikap seperti itu tadi terhadapku. It doesn’t matter... nggak ngaruh apa-apa buat aku.
Keluar dari toko terakhir, kami langsung bertolak menuju tempat tujuan buka puasa kami, yaitu Pantai Ayah. Walau pun aku sudah pernah kesana, tapi itu sudah lama sekali. Dengan melewati jalan yang berbeda dari yang biasa di lewati oleh pak sopir dan temanku itu dan beberapa kali bertanya, akhirnya kami menemukan jalannya. Jalan yang berbahaya. Tanjakan yang terjal, turunan yang curam dan berkelok-kelok, membuat kebisuan di dalam mobil. Suasana menjadi tegang ketika tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Semua diam, berdo’a dalam hati. Semoga selamat di perjalanan ini.

Setelah makanan siap, kami bertiga langsung menyantapnya. Ada ikan bakar, tumis kangkung, dan yang paling enak... udang goreng. Hmmm... kangen ma udang gorengnya Alam Indah. Gak lama kemudian, habislah makanan di meja kami dan kami harus segera pulang ke hotel karena waktu udah nunjukin jam 07.00 malam.

10 Agustus 2011
Jam 05.00 pagi temanku sudah membangunkanku. Pagi itu dingin sekali. Aku hanya sempat membersihkan muka dan mengelap tubuhku tanpa mandi. Lagi-lagi aku teringat peristiwa bulan maret di kamar no.2. waktu itu aku juga tak sempat mandi, bedanya dulu terpaksa tidak mandi karena memang kran air mati dan tidak ada sisa air di bak mandi.
Kurang dari jam 06.00 aku sudah ada di depan hotel dan tak lama kemudian travel datang menjemputku pertama kali. Aku adalah penumpang yang pertama kali naik dan terakhir kali turun. Tarif travel dari Gombong - Semarang Rp.60.000. tapi jika harus mengantar ke alamat rumahku, sopirnya minta tambahan Rp.25.000 lagi. Akhirnya aku telpon kakakku untuk menjemputku di batas terakhir sebelum travel itu putar balik.
Capek duduk di kursi travel yang tidak nyaman. Tapi perjalananku 3 hari ini seru...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar